Arcapada
sesungguhnya dapat dimaknai sebagai alam semesta atau dunia. Arcapada sendiri
diambil dari bahasa Sanskerta. Dalam pemaknaan yang lain arcapada digambarkan
sebagai dunia bawah atau neraka. Meski demikian, mitos arcapada juga dikenal
masyarakat kawasan Gunung Semeru sekaligus cukup lekat di kalangan pendaki.
Patung arcapada dipercaya sebagai sumber kehidupan yang mengalirkan mata air
menjelma beberapa ranu di kawasan Gunung Semeru.
Arcapada
dalam konteks antologi ini membawa kita pada banyak pergulatan batin,
perenungan, dan kritik sosial selama pandemi. Sekalipun antologi ini didominasi
puisi elegi tentang kehilangan dan ketiadaan, namun sesungguhnya antologi ini
juga berisi satire, terutama tentang keadilan dan kekuasaan. Sebagai milenial,
isu-isu aktual dalam kehidupan sehari-hari banyak dipadu menggunakan
personifikasi dan metafora.
Puisi-puisi dalam antologi ini mungkin tak
sekaliber karya-karya sastrawan gaek. Kritik sastra, masukan, dan evaluasi
masih sangat diperlukan. Namun demikian, harapannya Arcapada dapat mewarnai
dunia literasi yang ada saat ini dan dapat menjadi wadah untuk mengekspresikan
emosi personal.