Menulis
puisi ibarat mengembara yang tidak pernah usai. Karena semuanya kalau sudah
menjadi karya sastra, puisi nantinya tergantung kepada pembaca dalam mengapresiasi.
Kumpulan puisi ini berupa karya yang sifatnya acak. Selama tiga tahun.
Cianjur
berduka merupakan perasaan sedih, karena yang digambarkan penulis ada seorang
yang baru pulang dari ibu kota, tetapi setelah sampai kampong halamannya
ternyata rumahnya sudah rata dengan tanah dan yang lebih mengenaskan kedua
orang tuanya masih tertimbun tanah dan belum ketemu.
Namun
penulis tampak begitu romantis yang dituangkan dalam “Kado Untuk Istriku
Tercinta”. Di samping itu, penulis selalu bangga dengan para petani desa yang
punya cita-cita untuk menyuburkan tanah tidak tergantung pupuk kimia. Cita-cita
itu dituangkan penulis dalam puisi yang berjudul “Petani Desaku Kembali”.
Namun
yang namanya penyair kadang-kadang merasa sepi dan hampa yang dituangkan dalam
puisi “Tengah malam Sunyi”.
Dari lubuk hati yang terdalam dari penulis,
semoga pembaca bisa terinspirasi sesudah membaca kumpulan puisi ini dan mencoba
untuk berkarya.